PERKEMBANGAN TARIF AIR MINUM
Sepanjang perjalanannya, PDAM Barito Kuala telah lima kali mengalami penyesuaian tarif air minum. Hal itu dimaksudkan untuk merespon kenaikan harga berbagai bahan dan barang yang menyebabkan biaya operasional menjadi meningkat.
Secara ideal tarif air minum seharusnya adalah Full Cost Recovery (FCR) yaitu tarif air minum haruslah mencakup biaya operasional, biaya umum dan administrasi, keuntungan, serta kemampuan berinvestasi .
Berikut ini adalah perkembangan tarif air minum setelah tahun 2007 yang diupayakan mendekati Full Cost Recovery .
Pemakaian (mᶟ) |
Kelompok I |
Kelompok II |
Kelompok III |
Kelompok IV |
0 – 10 |
1,000 |
1,000 |
1,600 |
2,200 |
11 – 20 |
1,000 |
1,200 |
1,800 |
2,400 |
21 – 30 |
1,000 |
1,600 |
2,200 |
2,800 |
> – 30 |
1,000 |
1,800 |
2,400 |
3,400 |
Tabel 11. Perkembangan Tarif Air Minum Tahun 2008
Pemakaian (mᶟ) |
Kelompok I |
Kelompok II |
Kelompok III |
Kelompok IV |
0 – 10 |
2,000 |
2,000 |
3,000 |
4,000 |
11 – 20 |
2,000 |
2,500 |
3,300 |
4,600 |
21 – 30 |
2,000 |
2,700 |
3,600 |
5,000 |
> – 30 |
2,000 |
3,000 |
4,000 |
5,600 |
Tabel 12. Perkembangan Tarif Air Minum Tahun 2013
Adalah sangat sulit mencapai tarif yang Full Cost Recovery karena kendala berbagai ketentuan yang mengikat PDAM. Disadari bahwa air minum adalah merupakan hajat hidup masyarakat, dengan demikian tarif harus memperhatikan daya beli masyarakat pula.
Selain itu perkembangan inflasi yang terus meningkat dari tahun ke tahun sementara penyesuaian tarif yang berjangka tentu sangat sulit mencapai keseimbangan tersebut. Sisi lain, tarif selalu berhubungan dan dihubungkan dengan nuansa politis sehingga menekan tarif air minum bagi sebagian pemangku kepentingan adalah merupakan sebuah prestasi.